Makan gule di warung hantu pada siang bolong

Apa kabar kawan, 
Bagaimana kabar Anda dan keluarga, Alhamdllah sehat-sehat aja kan?
Kali ini saya akan membagikan pengalaman makan diwarung hantu di siang bolong.
Kejadian ini terjadi pada tahun 1993, kala itu umur saya antara 12-13 tahun. Kejadian ini terjadi di kabupaten Pati tepatnya di bumi perkemahan areal kebun karet ( tepatnya tidak saya sebutkan hanya lokasinya berdekatan dengan perbatasan antara kabupaten Pati di utara dengan kabupaten Jepara di timur) kala itu seperti biasa pagi - pagi semua murid sudah membawa bekal yang dibutuhkan untuk berkemah. Tak menunggu berapa lama sejumlah truk datang mengangkut para murid. Di sepanjang perjalanan meski berhimpit-himpitan suasana sangat hangat dan menyenangkan. Anak-anak saling bernyanyi riang dan bersandau gurau.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam dari pati kota sampailah kami di bumi perkemahan. Lokasi asri kebun karet dan letaknya yang berada di lereng pegunungan Muria membuat kebanyakan murid merasa senang dan gembira. Seperti biasa semua murid berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan mengikuti arahan guru pembina. Berjalanlah kegiatan kemah seperti biasa.

Cerita tentang murid yang hilang dan berhati-hati dalam bicara

Cerita tentang kemiatikan lokasi perkemehan tersebut sebenarnya sudah kai dengar sebelum mengikuti kegiatan kemah,  Tentunya dengan bumbu-bumbu penyedap pula. Mungkin karena itulah cerita dari warga setempat dianggap sebagian murid hanya cerita untuk menakut-nakuti agar tidak berbuat ulah di desa itu. Cerita yang paling menakutkan bagi kami adalah pernah hilangnya salah satu siswa SMP di perkebunan karet dan tak pernah diketemukan kembali ( saya tidak tahu apakah ini benar-benar kejadian yang benar terjadi atau tidak).
skip..
  Seperti umumnya setiap ada momen kegiatan kemah para pedagang dadakanpun bermunculan entah itu warga setempat atau warga luar kampung. Termasuk pula salah satu dari orang tua teman saya yang juga mremo jualan di dekat bumi perkemahan. Saya sendiri jarang jajan dan lebih memilih memakan masakan ditenda. Dua hari kegiatan kemah berjalan, siang hari suasana sangat terik ditambah ditenda kelompok saya yang berada di sebelah timur. Tidak ada pohon rimbun karena berdekatan dengan semak-semak dan dari situ ada jalan tikus menuju perkampungan setempat. Di lokasi jalan tikus setapak itulah kejadian aneh yang pernah saya alami.

  Karena lapar dan kepanasan sayapun berniat mencari makan dan minum es untuk menyegarkan tubuh. Berbekal petunjuk teman sayapun menuju lokasi warung dimana orang tua salah satu teman berjualan. setelah berjalan menuju setapak anehnya tidak ada satupun para pedagang. Karena penasaran sayapun berjalan ke dalam menyusuri jalan setepak yang kanan kirinya berupa ilalang. Aesaat kemudian saya melihat di sebelah pohon besar ada seorang ibu-ibu menunggu pelanggan. Kala itu yang ada hanya meja panjang dan kursi tanp terpal. Tak menaruh curiga sedikitpun sayapun memesan makanan.
Saya: " Buk tumbas skol kalihab se teh ( buk beli nasi sama ea teh)
Ibu penjual: "Ya nak, tapi tunggu sebentar saya bilang ke Bapak" ( Suaminya. Sesaat kemudian ibu tadi pergi dan lewat dibalik pohon gede. Saya sendiri tidak curiga mengingat lokasi berada ditanah lereng sehingga bisa jadi ia hilang karena melewati jalur turunan di balik pohon. Cukup lama namun tidak sampai setengah jam ibu tadi kembali datang bersama Suaminya yang memegang piring dan mangkok berisi gule kambing. Saya dipersilahkan untuk makan.
Entah karena lapar atau apa, menu masakan pasangan Suami tersebut terasa lezat. Tidak membutuhkan waktu lama makanan telah lahap dimulut.
Karena sendirian sayapun tak menunggu lama dan langsung membayarnya.
Saya: Sampun Buk, pinten sedoyo? ( ausah bu, semua habis berapa?)
ibu penjual nasi: "lima ratus nak"
Saya: " Niki buk ". Tanpa sedikit curiga sayapun langsung rmembayar kemudian bergegas menuju tenda. Dalam perjalanan terlintas rasa takut dan terbayang cerita mengenai seorang murid yang hilang tidak kembali. Untuk menenangkan pikiran dan tidak semakin panik tersesat sayapun membaca surat Al fatehah dan al ikhlas sebanyak mungkin. Bisa dibilang saya tersesat karena  benar-benar lupa arah pulang karena jalur yang terasa berbeda. Sesaat keudian dari atas saya melihat lapangan perkemahan, dag dig dug dan keringat dinginpun mulai sirna. Sampailah saya di tenda.  Kepada teman-teman saya tidak menceritakan hampir tersesat karena saya pikir itu murni karena lupa jalan.
Saya: aku habis jajan di warungnya ibuknya Ary ( bulan nama asli )
Aris : "Lho bukanya ibuknya mulai hari ini sudah ga jual"
saya: " O kalo begitu yang jualan tadi ibu-ibu sini, tapi masakan gulai nya enak baget, banyak murah lagi"
Aris: "Masak sih, aku anterin dong..lapar juga nih"
  Sesaat kemudian sayapun menuju lokasi warung tersebut bersama teman-teman yang penasaran. Dan sayang dilokasi kami tidak menemukan apa-apa.
Teman: " Mana ni warungnya adanya cuma semak-semak"
teman yang lain: " Ayo cepetan balik! ( ucapnya dengan mimik kuatir )
Sesampai di tenda kejadian itupun jadi perbincangan hangat. Agar tidak cepat berkembang dan membuat heboh sayapun langsung bilang jika saya lupa tempat pastinya.
Cerita itupun sebenarnya sudah lama saya pendam dan saya abaikan. Namun setelah berapa tahun lamanya teringat dan saya ceritakan disini.
  Dari cerita ini penulis ingin memetik himah jika mahluk alan lain itu ada, dan selama kita berdampingan tidak boleh saling mengganggu. Berzikir berdoa adalah suatu cara ampuj menangkal kejahilan mahluk lain.
O ya pasangan suami istri yangvsaya temui itu tidak punya garis lekukan khas dibawah hidung sebagai mana manusia umumnya.

0 Response to "Makan gule di warung hantu pada siang bolong"

Posting Komentar